Jumat, 24 Desember 2021

STRATEGI MEMPERTAHANKAN PESANTREN SALAFIYAH DI TENGAH ARUS ERA GLOBALISASI


Review Makalah Kelompok 11

Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim


   Pesantren salaf yakni pesantren yang melakukan pengajaran terhadap santri-santrinya untuk belajar agama islam secara khusus tanpa mengikutsertakan pendidikan umum didalamnya. 

Keunggulan dari pesantren salaf ;

Keunggulan-keunggulan dari pesantren salaf antara lain adalah sebagai berikut:

•Ketakdziman seorang santri terhadap kyainya begitu kental.

•Tempat mencetak kader-kader islam yang berakhlakul karimah dan mumpuni terhadap kajian-kajian agama seperti ilmu fiqh, tasawuf ataupun ilmu alat.

•Sebagai tempat sentral belajar ilmu agama.

•Tempat pendidikan yang tak mengenal strata sosial.

•Mengajarkan semangat kehidupan demokrasi, bekerja sama, persaudaraan, persamaan, percaya diri dan keberanian hidup.

    Dalam upaya menghadapi tantangan globalisasi, dunia pesantren sudah memiliki pengalaman yang panjang dan kaya, maka pesantren yang berada dibwah NU segera melakukan modernisasi terhadap muatan kurikulumnya yaitu dengan memasukkan mata pelajaran ilmu pengetahuan modern, sambil tetap mempelihara tradisinya yang asli. Dalam kaitan ini, pesantren yang berada dibawah NU menggunakan kaidah (al-Muhafdzah ala al-Qadim al-Shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-Ashlah),yakni "memelihara tradisi lama yang masih cocok, dan mengadopsi inovasi baru yang lebih cocok lagi". 

    Untuk lebih mendukung keberhasilannya dalam melakukan modernisasi dikalangan pesantren, NU berupaya membentuk berbagai lembaga yang secara sunguh-sungguh bekerja untuk itu. Selain itu dunia pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum dan kelembagaan pendidikannya, melai dari bercorak tafaqquh fi al-din sistem salafiyah yang berbasis pada kitab kuning, hingga pada madrasah diniyah, madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas agama, sekolah umum, sekolah kejuruan, akademi, sekolah tinggi, institut, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia pesantren. Dengan adanya program yang demikian itu, maka lulusan pesantren kini tidak hanya menguasai ilmu agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu modern, ilmu terapan, ketrampilan, penguasaan teknologi modern, dan penguasaan terhadap isu-isu kontemporer.

     Dengan demikian, pesantren saat ini selain ada yang bercorak tradisional juga ada yangbercorak modern. Dengan diterapkannya madrasah kedalam pesantren, maka pesantren dan madrasah semakin mendapat tempat dihati masyarakat.

STRATEGI DAKWAH DALAM MENGHADAPI GERAKAN ISLAM RADIKAL


Review Makalah Kelompok 10

Oleh : Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim


   Secara etimologis, radikalisasi merupakan serapan dari bahasa Latin yaitu radix yang artinya akar. Dalam bahasa Ingris radical dapat berarti ekstrem, menyeluruh, fanatik, revolusioner dan fundamental. Dalam perkembanganya, seperti disampaikan oleh Roger Garaudy yang merupakan filosof dari Perancis menyatakan bahwa radikalisme tidak hanya berkisar pada faham keagamaan, akan tetapi istilah tersebut telah menjelma dalam kehidupan sosial, politik, dan budaya. Dengan demikian, berarti setiap ideologi atau pemikiran yang mempunyai dampak negatif (side effect) yang dapat membawa sese-orang menjadi militan dan fanatik maka hal tersebut dapat dikategorikan ke dalam radikalisme.

      Radikalisasi agama dalam akidahnya sering menghalalkan suatu cara untuk mencapai suatu tujuan, baik itu menggunakan teror fisik atau teror mental seperti sweeping dan penutupan hiburan malam ketika bulan Ramadan. Akan tetapi, penanganan tindak radikal yang ber-nuansa agama dengan menggunakan hard power approach (pendekatan kekuatan) oleh pihak aparat, seperti yang dilakukan oleh Densus 88 anti teror, bukan merupakan jawaban yang tepat untuk menyelesaikan akar persoalan radikalisme agama yang ada. Hal tersebut terbukti lebih dari 50 tahun Indonesia yang tak kunjung selesai menangani kasus DI/NII. Setelah penanganan kasus radikalisasi yang bernuansa agama menggu-nakan pendekatan hard measure dirasa tidak berhasil, maka pemerintah Indonesia secara sistemik, yaitu mencanangkan program penanganan menggunakan pendekatan soft approach yang dioperasikan oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang sekarang ini lebih dikenal dengan istilah deradikalisasi.

       Mengingat upaya penanganan deradikalisasi dan deideologisasi merupakan tanggung jawab kolektif, terutama sinergisitas para tokoh agama, kepolisian, dan pemerintah. Proses deradikalisasi hendaknya dilakukan tidak hanya melibatkan aparat saja, akan tetapi juga harus melibatkan tokoh masyarakat, dan lembaga-lembaga yang ada. Setidaknya strategi deradikalisasi agama yang diterapkan harus mengacu pada tiga langkah strategi, yaitu langkah prevention (pencegahan), rehabilitation (rehabilitasi), dan aftercare (pem binaan pasca pelepasan).

     Selain itu, ada lima gagasan dalam pribumisasi Islam. Pertama, kontekstual, yaitu Islam dipahami sebagai ajaran yang terkait zaman dan tempat. Kedua, toleran, sikap toleran dalam beragama dan toleran terhadap perbedaan penafsiran dapat menumbuhkan kesadaran untuk bersikap. Ketiga, menghargai tradisi, Islam dibangun di atas penghargaan pada tradisi lama yang baik, karena sesungguhnya Islam tidak memusuhi tradisi lokal melainkan budaya tersebut dijadikan sebagai sarana dakwah Islam. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh Walisongo dalam penye-baran agama Islam di Indonesia. Keempat, progresif, dengan perubahan terhadap praktik keagamaan dimana ia berada. Kelima, membebaskan, di sini Islam sebagai suatu agama yang dapat menjawab problematika kemanusiaan yang ada secara universal tanpa membedakan agama dan etnik. 

     Dakwah merupakan suatu aktivitas untuk mengajak manusia menuju suatu tujuan yang dalam hal ini tujuan tersebut tiada lain yaitu menuju ke jalan Allah. Esensi tersebut tertuang dalam firman Allah dalam Surat an-Nahl ([16]: 125) yang Artinya; "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

     Islam adalah Agama Rahmatan lil alamin yang sangat mengutamakan perdamaian dan kasih sayang,apabila terdapat organisasi masyarakat yang mengajak kepada jalan Allah dengan cara cara yang anarkis di sertai ancaman tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. 

APLIKASI KITAB TA'LIMUL MUTA'ALLIM DALAM TREN PENDIDIKAN MASAKINI


 


Review Makalah kelompok 9

Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim

   Kitab Ta’lim Muta’alim yang beredar ditanah air umumnya bersamaan dengan syarah (komentarnya) yang ditulis oleh Syeikh Ibrahim Ibnu Ismail. Sedang Kitab Ta’lim Muta’alim itu sendiri ditulis oleh Syeikh Al-Zarnudji.

   Dalam al-Munjid nama al-Zarnudji disebut dengan singkat sekali. Yang membantu hal ini adalah keterangan yang terdapat dalam kitab al-alam (tokoh-tokoh) karangan al-zarkeli. Disitu ditulis bahwa al-zarnudji adalah al- nu’man bin ibrahim ibnu al-kholil al-zarnudji tajuddin. Beliau adalah sastrawan (adib) yang berasal dari Bukhara. Disamping itu beliau adalah seorang filosaof arab. Semula beliau berasal dari Zarnudji suatu kawasan dinegeri-negeri seberang sungai tigris (ma wara’a al-nahr). Beliau antara lain juga menulis kitab Al-Muwadhah Syarh Al-Maqamat Al-Haririyah dan wafat pada tahun 630 H/1242 M.

    Al-Zarnuji sebagai salah satu pemikir hasil godokan Daulah Abbasiyah, dia mempunyai sistem sendiri. Dalam rangka untuk menguasai keterampilan belajar tidak semudah yang digambarkan oleh para psikolog mutakhir, tetapi banyak prasyarat (pre requiste) yang harus dipenuhi. Begitu selesai bab pertama, langsung menghadapi prasyarat-prasyarat untuk sampai pada tujuan. Prasyarat-prasyarat tersebut adalah:

  1. Niat untuk mencari keridhaan Allah.
  2. Pandai memilih ilmu yang akan ditekuni, guru, atau pembimbing dan tutor atau fellow yang cocok.
  3. Ilmu dan pemiliknya harus dihormati.
  4. Harus sungguh-sungguh, telaten, dan keras kemauan.
  5. Harus tahu menentukan waktu, kadar dan susunan ilmu yang akan diambil.
  6. Harus bertawakkal hati jangan bercabang, ilmulah yang harus menjadi tumpuan perhatian.
  7. Ada waktu-waktu yang tepat untuk belajar.
  8. Harus dapat menyumbangkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan bersama.
  9. Harus siap menangkap ilmu yang didengar dari manapun datangnya dengan mencatat ilmu-ilmu itu.
  10. Harus selalu wara’.
  11. Dan untuk mengekalkan proses belajar, ingatan harus kuat dan itu ada syarat-syaratnya yang harus dipenuhi sedang sebab-sebab lupa harus dihindari.
   Kitab ta'limul muta'allim yang berisi syair syair sebagai pedoman bagi penuntut ilmu sangan relevan dengan tren pendidikan masakini, ditinjau dari berbagai teori dan pendapat para pakar pendidikan syi'iran kitab ta'limulmuta'allim sangat relevan di aplikasikan dalam pendidikan masa kini, mengingat generasi melenial yang sangat mudah mengakses berbagai informasi di internet yang terdiri berbagai macam aliran yang kadang tidak terdeteksi sanad keilmuanya. 

Sabtu, 27 November 2021

Review Makalah Strategi Dakwah Berbasis Pesantren Di Era Industry 4.0

 


Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim

   Telah dikatakan oleh Klaus Schwab bahwa dunia telah melalui 4 tahapan revolusi: Pertama Revolusi Industri 1.0 ini terjadi pada abad 18 ditandai dengan ditemukannya mesin uap, sehingga barang-barang bisa diproduksi masal. Kedua Revolusi Industri 2.0 yang ditandai dengan penggunaan tenaga listrik sehingga biaya produksi jadi murah. Ini terjadi di abad 19-20. Ketiga Revolusi Industri 3.0 ditandai dengan penggunaaan computer. Ini terjadi sekitar tahun 1970-an. Keempat Revolusi Industri 4.0 yang terjadi sekitar tahun 2010 dan ditandai dengan munculnya kecerdasan buatan sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. 

  Word Ekonomi Forum (WEF) menjelaskan bahwa Revolusi Industri 4.0 merupakan revolusi berazaskan cyber physical system yang merupakan satu kesatuan antara digital, fisik dan biologi dengan memiliki ciri bermunculan kecerdasan-kecerdasan buatan atau yang disebut artificial intelligence, robot cerdas, mobil otomatis. Hal ini semunya juga membutuhkan keamanan cyber dan lain sebagainya. Revolusi Industri 4.0 mengakibatkan disrupsi. Disrupsi adalah sesuatu yang tercerabut dari akarnya atau perubahan yang mendasar atau fundamental. 

   Tak terkecuali dengan revolusi industri 4.0 ini, berbagai aspek kehidupan manusia mengalami perubahan, dari yang awalnya sulit kini menjadi mudah. Maka dari itu pada era ini tersimpan tantangan dan kesempatan. Hanya saja harus disadari bahwa peluang yang sangat besar itu hanya akan bisa dinikmati oleh orang-orang yang bisa berkompromi dengan kondisi atau mau mengikuti perkembangan zaman, melek dan akrab dengan IT. Bagi yang gaptek tentunya akan tergilas oleh zaman dan kehilangan peluang besar ini.

   Peluang dan tantangan yang diakibatkan oleh revolusi Industri 4,0 ini berlaku bagi semua orang. Takterkecuali Sistem Pendidikan di Pesantren, Santri pondok pesantren adalah generasi yang juga hidup di era revolusi ini. Sebuah pertanyaan besar. Bisakah santri menghadapi kehidupan di Era Revolusi industry ini. Kaitanya Era Revolusi Industry 4.0 dengan tujuan pendidikan pesantren, banyak kyai pesantren yang mendasarkan tujuan pendidikannya Bahwa seharusnya orang yang mencari ilmu meniatkannya untuk mencari ridlo Allah dan hari akhir, meniatkan untuk menghilangkan kebodohan darinya dan dari semua orang orang bodoh, menghidupkan agama dan melanggengkan Islam. 

 Mastuhu berkesimpulan bahwa tujuan pendidikan pesantren sangat menekankan pentingnya tegaknya Islam ditengah-tengah kehidupan sebagai sumber utama moral atau akhlak mulia, dan ahklak mulia ini merupakan kunci rahasia keberhasilan hidup bermasyarakat. Dengan kata lain orientasi tujuan pendidikan pesantren masih bersifat inward looking dari pada outward.

  Santri yang saat ini berada di pondok pesantren adalah generasi Z dan generasi A yang mereka terlahir di dunia yang serba digital. Memisahkan generasi ini dengan teknologi informasi sama dengan memisahkan ikan dari air. Memberikan teknologi kepada mereka tanpa kontrol pun juga sangat berbahaya karena daya rusaknya sangat dahsyat. Di sinilah letak bargaining pesantren di era revolusi industri 4.0, artinya pesantren harus tetap menjaga misi awalnya yaitu pembianaan akhlak dan tafaqquh fi al-din namun demikian juga memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh santri di zamannya. Tidak ada sesuatu tanpa resiko, dan itu memang harus dibayar demi mendapatkan manfaat yang lebih besar, baik untuk dakwah, ekonomi, dan segala aspek kehidupannya yang lain. 

Kamis, 25 November 2021

Review Makalah Mahasiswa Memahami Bagaimana Mengenali Medan Dakwah

 


Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim

   Medan dakwah adalah tempat dimana dakwah diadakan (berlangsung). Syarat utama dakwah sebenarnya hanya dua, yaitu ada da’i dan ada mad’u. Keduanya saling terkait dan terikait. Sebagai seorang da’i. sebelum menyiarkan agama ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang paling utama yaitu mengenal medan berdakwahnya. 


   Siapa mad’u nya, da’i harus mengetahui dahulu siapa penerima dakwahnya. Bagaimana latar belakangnya, seperti apa budayanya. Dari situ da’i akan dengan mudah menentukan materi yang akan disampaikan dan bagaimana penggunaan bahasa yang pas untuk mad’u nya, serta umpan balik apa yang akan diterima da’i oleh mad’u.

   Pemilahan bahasa dalam berdakwah sangat menentukan keberhasilan seorang da’i dalam berdakwah. seperti, pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i relevan dengan kebutuhan mad’u. Begitu juga dengan faktor pesona da’i. Terus dengan kondisi psikologis mad’u. Dan terakhir kemasan dakwah yang menarik.

Rabu, 24 November 2021

Review Makalah Tantangan dan Peluang Dakwah Berbasis Pesantren Pasca Era Reformasi

Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember


  Dunia Pesantren terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada era reformasi, pondok pesantren mulai berbenah diri dan mendapatkan tempat di kalangan pergaulan internasional. Pendidikan pondok pesantren diakui oleh pemerintah menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. Pesantren diakui pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai kesetaraan dalam hak dan kewajibannya dengan lembaga pendidikan formal dan lainnya.

  Pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki sistem pendidikan terbaik.

 Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki akar kuat ( indigenous ) pada masyarakat muslim Indonesia, dalam perjalanannya mampu menjaga dan mempertahankan keberlangsungan dirinya (survival system)serta memiliki model pendidikan multi aspek. Santri tidak hanya dididik menjadi seseorang yang mengerti ilmu agama, tetapi juga mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian, kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, kesetaraan, dan sikap positif lainnya. 

  Modal inilah yang diharapkan melahirkan masyarakat yang berkualitas dan mandiri sebagai bentuk partisipasi pesantren dalam menyukseskan tujuan pembangunan nasional sekaligus berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa sesuai yang diamanatkan oleh Undang- undang Dasar 1945.


 Pesantren jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan sistem pendidikan tertua dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara. Tapi dengan masalah yang dihadapi saat ini, pesantren pada umumnya dipahami sebagai lembaga pendidikan agama yang bersifat tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat melalui suatu proses sosial. 


 Pesantren selain sebagai lembaga pendidikan juga berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh. Keberadaannya memberikan pengaruh dan warna keberagaman dalam kehidupan masyarakat sekitrnya, tidak hanya di wilayah administrasi pedesaan, tetapi tidak jarang melintasi daerah di mana pesantren itu berada.


  Pesantren dapat dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change) sebagai lembaga perantara yang diharapkan dapat berperan sebagai dinamisator dan katalisator pemberdayaan sumber daya manusia, penggerak pembangunan di segala bidang, serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menyongsong era global. Sehingga inilah yang nantinya akan menjadi visi dan misi semua pihak khususnya pemerintah untuk segera melakukan perubahan pada dunia pendidikan di Indonesia saat ini.

REVIEW MAKALAH DINAMIKA DAKWAH BERBASIS PESANTREN PASCA ERA REFORMASI (TITIK BALIK MOMENTUM 1998)

 


Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember


 Dakwah adalah suatu istilah yang sangat dikenal dalam dunia Islam. Dakwah dan Islam merupakan dua bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya, karena Islam tidak akan tumbuh dan berkembang tanpa adanya dakwah. 


  Di dalam perkembangan dakwah Islam, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang mempunyai peran dalam mengembangkan aktivitas dakwah. Hal ini dapat dilihat dari dua fungsi utama pondok pesantren, yaitu sebagai pusat pendidikan dan penyiaran agama Islam.

 Sepanjang sejarah perjalanan umat Islam (Indonesia), ternyata kedua fungsi utama tersebut telah dilaksanakan oleh pondok pesantren (pada umumnya) dengan baik, walaupun dengan berbagai kekurangan yang ada. Dari pondok pesantren lahir para juru dakwah, para pengajar (mu’alim), ustadz, para kiai pondok pesantren, tokoh-tokoh masyarakat, bahkan yang memiliki profesi sebagai pedagang, pengusaha ataupun bidang lainnya. Melihat pertumbuhannya, pesantren telah beberapa kali mengalami perubahan dalam sistem pendidikannya dan isi kajian yang ada di dalamnya, yang dimulai sejak masuknya Islam ke Indonesia abad XIII. Seiring dengan perubahan jaman, maka di era reformasi dan globalisasi yang serba modern mengakibatkan prilaku kehidupan masyarakat turut bergeser sehingga menimbulkan berbagai perubahan sosial yang bukan hanya melibatkan aspek lahiriah, tetapi juga mempengaruhi nilai keagamaan suatu masyarakat. Quraish Shihab menyatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai ciri khas dan pandangan hidupnya, mereka melangkah berdasarkan kesadaran tentang hal itu, yang melahirkan watak dan kepribadiannya yang khas. Pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, terwujud dengan baik dan berkesinambungan apabila nilai agama terstruktur dan terpelihara dalam kehidupan pribadi dan masyarakat yang berawal dari keluarga. 

  Salah satu upaya untuk mempertahankan nilai ajaran agama di samping melalui kehidupan keluarga adalah melalui sistem pendidikan, antara lain melalui pendidikan pondok pesantren. Tata nilai yang berkembang di pesantren mengajarkan, bahwa seluruh aktifitas kehidupan adalah bernilai ibadah. Sejak memasuki lingkungan pesantren, seorang santri telah diperkenalkan dengan suatu model kehidupan yang bersifat keibadatan. Ketaatan seorang santri terhadap kiai merupakan salah satu manifestasi atas ketaatan yang dipandang sebagai ibadah. Keberadaan pondok pesantren di Indonesia, dalam perkembangannya sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa dari sejak awal berdirinya pesantren disiapkan untuk mendidik dan menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat melalui pengajian, baik dengan sistem tradisional maupun modern. 

  Pesantren pada umumnya memiliki kesamaan antara satu pesantren dengan pesantren yang lain, yaitu adanya kesamaan ideologi serta memiliki kesamaan referensi dengan metode pengajaran yang sama, sehingga menjadikan pesantren memiliki kekuatan yang cukup signifikan dan dapat diperhitungkan oleh siapapun juga. Kekuatan yang dimiliki oleh pesantren di antaranya karena pondok pesantren tumbuh dan diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama. Santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang kiai, dengan ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Perkembangan pendidikan pondok pesantren merupakan perwujudan dari kebutuhan masyarakat akan suatu sistem pendidikan alternatif. Keberadaan pondok pesantren tersebut sebagai lembaga pendidikan, juga sebagai lembaga dakwah dan syiar Islam serta sosial keagamaan. 

STRATEGI MEMPERTAHANKAN PESANTREN SALAFIYAH DI TENGAH ARUS ERA GLOBALISASI

Review Makalah Kelompok 11 Oleh: Taufik Hidayah Mahasiswa INAIFAS Kencong Jember Jatim    Pesantren salaf yakni pesantren yang melakukan pen...